Mewaspadai Bisikan Hawa Nafsu

undefined undefined


Artikel ini saya ambil dari salah satu koleksi buku PINJAMAN dari teman saya.. 
Pertimbangan segala urusan harus tertuju kepada kehendak untuk mendapatkan ridha Allah, taqarrub kepadanNya dengan berbagai sarana, kerinduan untuk bersua denganNya. Jika hamba tidak mempunyai hasrat seperti itu, maka keinginan untuk masuk surga, kenikmatannya dan apa yang dijanjikan didalamnya hanya diperuntukkan bagi wali-waliNya. Jika seorang hamba tidak mempunyai hasrat yang tinggi untuk berbuat seperti itu, tidak pula takut terhadap apa yang dijanjikan Allah terhadap orang-orang yang mendurhakaiNya, maka hendaklah dia tahu bahwa dia diciptakan untuk menjadi penghuni neraka Jahannam, bukan sebagai penghuni surge. Tidak ada yang bisa dilakukannya setelah ada ketetapan Allah selain dari membangkang bisiskan nafsuya.
Orang mukmin mempunyai empat musim : musim semi, gugur, panas, dan dingin, yang masing-masing merupakan persinggahannya dalam perjalanannya kepada Allah. Dia tidak mempunyai persinggahan lain. Allah tidak menjadikan jalan menuju surge kecuali dengan menentang bisiskan hawa nafsunya dan tidak menjadikan jalan menuju neraka kecuali dengan mengikuti bisikan hawa nafsunya. Allah berfirman,
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapaun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”(An-Nazi’at :37-41).
“Dan, bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surge.” (Ar-Rahman : 46)
Ada yang berpendapat, orang yang takut disini adalah seseorang yang henadak melakukan kedurhakaan, lalu dia ingat kedudukan Allah atas dirinya di dunia dan kedudukan dirinya di hadapanNya di akhirat, lalu dia meninggalkan kdurhakaan itu karena Allah.
Allah telah memberitahu bahwa mengikuti hawa nafsu bisa menyesatkan manusia dari jalanNya. Allah berfirman,
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Shad : 26)
Kemudian dalam ayat yang sama Allah menjelaskan tujuan dan kesudahan perjalanan mereka.
“Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah, akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Allah juga memberitahukan bahwa dengan mengikuti hawa nafsu, maka Allah mengunci hatinya. Allah berfirman,
“Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hatinya mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.” (Muhammad : 16)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam juga memberitahukan, bahwa orang yang lemah itu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan yang tidak-tidak terhadap Allah. Al Iman Ahmad menuturkan hadist Rasyid bin Sa’d, dari Abu Umamah Al-Bahily Rhadhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda,
“Tidaklah ada sesembahan Allah di bawah lindungan langit yang lebih besar di sisi Allah selain dari hawa nafsu yang diikuti.”
Al-Imam Ahmad juga menyebutkan dari hadist Ja’far bin Hayyan, dari Abul-Hakam, dari Abu Barzah Al-Aslamy Rhadhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ketakutan yang paling kutakutkan atas diri kalian adalah nafsu godaan diperut kalian, kemauan kalian dan kesesatan hawa nafsu.”
Di dalam naskah Katsir bin Abdullah bin Amr bin Auf Al-Mazny, dari bapaknya, dari kakeknya Rhadhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ketakutan yang paling ku takutkan atas umatku adalah ketetapan hokum orang yang tidak adil, keterpelesetan orang yang berilmu dan hawa nafsu yang diikuti.”
Ada sebagian ahli hikmah ditanya, “Apakah pendamping yang paling baik ?”
Dia menjawab,”Amal Shalih.”
“Dia apakah sesuatu yang paling berbahaya ?”
Dia menjawab,”Hawa nafsu dan kesenangan.”
Ada ahli hikmah lainnya berkata, “Jika engkau menghadapi dua hal yang samar-samar, periksalah mana yang lebih dengan nafsumu, lalu jauhilah.”
Ada seorang terpidana karena suatu kesalahan yang sangat besar dibawa ke hadapan raja. Lalu raja itu berkata,”Andaikan saja aku ingin mengampunimu, berarti aku menentang keinginanku untuk membunuhmu. Tapi, karena keinginanku untuk membunuhmu, maka kutentang keinginanku itu dan kumaafkan kamu.”
Al-Haitsam bin Malik Ath-Tha’y berkata, “ Saya mendengar An-Nu’man bin Basyir berpidato di atas mimbar, ‘Sesungguhnya syetan itu mempunyai perangkap dan sekutu. Di antara sekutu dan perangkap syetan adalah menyalahgunakan kenikmatan Allah, membangga-banggakan anugerah Allah, sombong terhadap hamba-hamba Allah dan mengikuti hawa nafsu bukan karena Allah.”
Di dalam Al-Musnad dan lain-lainnya dari hadist Qatadah, dari Anas Rhadhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ada tiga perkara yang merusakkan dan ada tiga perkara yang menyelamatkan. Tiga perkara yang merusakkan adalah kekikiran yang diikuti hawa nafsu yang diikuti dan ketaajuban seseorang terhadap dirinya sendiri. Tiga perkara yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah di saat terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, bersikap adil tatkala marah dan ridha, kesederhanaan di saat miskin dan kaya.”
Di dalam Jami’ At-Tirmidzy disebutkan dari hadist Asma’ binti Umais Rhadhiyallahu Anha, dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sombong dan semena-mena, serta dia melupakan Yang Mahaperkasa lagi Mahatinggi. Seburuk-buruk hamba adalah hambai yang lalai dan bermain-main, serta dia melupakan kuburan dan siksa. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang durhaka dan angkuh, serta dia melupakan awal dan kesudahan. (Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang memperdayakan dunia dengan agama). Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang memperdayakan agama dengan syubhat. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang disetir ketamakan. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang disesatkan hawa nafsu. (Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang dihinakan keinginannya)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersumpah, bahwa tidaklah seorang hamba disebut beriman, kecuali jika keinginannya mengikuti apa yang beliau bawa, sehingga keinginannya itu menjadi pengikut, bukan yang diikuti. Keinginan orang Mukmin menjadi pengikutnya, sedangkan keinginan orang munafik dan durhaka menjadi ikutannya.
Allah telah menetapkan orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa ada petunjuk dariNya sebagai orang zhalim. FirmanNya.
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan, siapa yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun ? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Al-Qashah : 50)
Di dalam pernyataan ini engkau bisa melihat bahwa Allah tidak member petunjuk kepada orang yang mengikuti hawa nafsunya. Allah menjadikan apa yang diikuti itu hanya dua macam, tidak ada yang ketiga, entah apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, entah hawa nafsu. Siapa yang mengikuti salah satu, tidak akan mengikuti yang satunya lagi. Syetan pun sudah memberitahu manusia, dari pintu yang mana dia masuk ke dalam dirinya, yang tiada lain adalah dari pintu hawa nafsu. Oleh karena itu, siapa yang menentang hawa nafsunya, maka syetan menjadi takut padanya. Menentang hawa nafsu bisa dilakukan hanya dengan mengharapkan ridha Allah dan pahalaNya serta takut terhadap adzabNya. Kesembuhan dari penyakit terjadi hanya dengan menentang hawa nafsu. Karena mengikuti hawa nafsu merupakan penyakit yang akut, berarti menentang hawa nafsu merupakan kesembuhan paling mujarab.
Abul-Qasim Al-Junaid pernah ditanya, “Kapan jiwa itu bisa memperoleh harapannya ?”
Dia menjawab, “Jika penyakitnya menjadi obat kesembuhannya.”
Dia ditanya lagi, “Lalu kapan penyakitnya menjadi obat kesembuhannya ?”
Dia menjawab, “Jika hawa nafsunya ditentang.”
Yang dimaksud penyakit menjadi obat penyembuh dalam perkataannya itu adalah hawa nafsu. Dengan kata lain, jika engkau menentang hawa nafsu, berarti engkau telah terobati dengan penentanganmu itu.
Ada yang berkata, “Hawa nafsu disebut dengan kata hawa, karena hawa nafsu itu yahwi (menjatuhkan) pelakunya ke tingkatan yang paling rendah.”
Hawa nafsu merupakan dua pertiga jalan menuju ke neraka, yang berarti menentang hawa nafsu merupakan jalan terbesar menuju surga.
Abu Dulaf Al-Ijly berkata di dalam syairnya
“Betapa buruk pemuda yang memiliki pekerti
Dipaksa mengorbankan adab kaena nafsu diri
Kehinaan didatangi padahal dia mengetahuinya
Kehormatannya terkoyak dan kehinaannya dijaga
Ibnul-Murtafiq Al-Hudzaly berkata,
“Apa yang bisa engkau katakana tentang diriku,
Selagi seseorang dikuasai keinginan dan nafsu
Dia menjadi buta tentang apa yang harus dilihatnya
Orang yang melihatnya menganggap dia tiada melihatnya


0 komentar:

Posting Komentar

Pilih Bahasa mu

Cat clock

Kalender

acak bibir


ShoutMix chat widget

Ketukan Hati

tanda tangan ku

Ayo taubat !!!!

Kota: Tarakan
Tgl: 12 Apr 2025
Imsak: 04:41:31
Shubuh: 04:47:38
Terbit: 06:05:22
Dhuhur: 12:10:36
Ashar: 15:20:14
Maghrb: 18:15:51
Isyak: 19:25:31
  
Tarakan:  
Waktu: GMT +8
Lat: 3.300 LU
Long: 117.633 BB
  
Ke Mekkah:  
Arah: 291.22 °
Jarak: 8620.345 km

pengunjungku

Kawan.Kawan'Q